Indonesia di Ambang Stagnasi: Pertumbuhan Ekonomi Tak Capai Target

Dengan inflasi rendah dan suku bunga turun, seharusnya ekonomi tumbuh lebih cepat. Tapi lambatnya DPK dan kredit menunjukkan mesin belum benar-benar menyala.

Avatar photo

- Pewarta

Jumat, 1 Agustus 2025 - 09:44 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dua pilar kebijakan ekonomi yang dituntut lebih selaras menghadapi perlambatan. (Dok. Bi.go.id)

Dua pilar kebijakan ekonomi yang dituntut lebih selaras menghadapi perlambatan. (Dok. Bi.go.id)

PERTUBUHAN ekonomi Indonesia pada 2025 diperkirakan hanya akan berkisar 4,8 persen, dengan margin kesalahan tipis ±0,1 persen secara tahunan (year-on-year).

Inflasi rendah di kisaran 1,9 persen ±0,5 persen seolah memberi kabar baik. Namun jangan cepat lega. Stabilnya harga belum tentu berarti meningkatnya daya beli.

Kepala Bidang Riset dan Kajian Ekonomi Perbankan Perbanas, Aviliani menyampaikan dalam forum PERBANAS Review of Indonesia’s Mid-Year Economy (PRIME) 2025 di Jakarta, Kamis (25/7/2025).

“Pertumbuhannya pastinya di bawah 5 persen karena kita melihat masih banyak kendala, baik itu eksternal maupun internal,” ujar Aviliani.

Dalam situasi ini, masyarakat mungkin tidak merasakan manfaat langsung dari rendahnya inflasi.

Pasalnya, daya beli bukan hanya tentang harga barang, tapi juga soal stabilitas pendapatan, ketersediaan lapangan kerja, dan keyakinan konsumen.

Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan sejak akhir 2024. Namun transmisi kebijakan moneter ke sektor riil masih berjalan tersendat, terhalang oleh likuiditas sempit dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang lambat.

Rupiah Dijaga, Tapi Kredit Tak Mengalir Deras

Perbanas memproyeksikan nilai tukar rupiah pada 2025 akan stabil dalam kisaran Rp16.300 hingga Rp16.700 per dolar AS.

Ini bukan hasil keajaiban, tapi buah dari kebijakan moneter yang ketat dan intervensi rutin di pasar valas.

Namun, stabilnya rupiah belum tentu menyelamatkan sektor riil. Kredit bank hanya tumbuh 8,7 persen ±1 persen, sementara pertumbuhan DPK justru melemah, hanya 4,38 persen ±1 persen.

Artinya, bank menghadapi tekanan dua sisi: harus menyalurkan kredit agar ekonomi berputar, tapi dana murah makin sulit dihimpun.

“Ini membuka ruang pelonggaran, tetapi tantangan likuiditas tetap membayangi,” kata Aviliani. Data ini mengindikasikan adanya ketidakseimbangan struktural dalam sektor perbankan.

Likuiditas mengetat karena masyarakat masih menahan konsumsi dan menunda investasi. Perbankan pun terjebak dalam dilema klasik: mau ekspansi, tapi takut kehabisan amunisi.

Moneter Longgar, Tapi Momentum Tak Boleh Terbuang

Penurunan suku bunga global dan inflasi domestik yang sangat rendah seharusnya menjadi momentum bagi dunia usaha untuk ekspansi. Tapi dalam kenyataannya, pelaku usaha masih ragu.

Kondisi ini mirip dengan mesin yang sudah dinyalakan, tapi pedal gas tak kunjung diinjak.

Pertanyaannya: siapa yang harus mulai duluan? Apakah pemerintah perlu mempercepat stimulus fiskal?
Ataukah sektor swasta yang harus lebih berani ambil risiko?

Menurut data Kementerian Keuangan dan BI, pertumbuhan belanja infrastruktur di semester pertama 2025 masih di bawah 40 persen dari pagu.

Artinya, pemerintah sendiri belum sepenuhnya mendorong mesin fiskal bekerja maksimal.

Peluang emas dari pelonggaran moneter bisa hilang begitu saja jika tidak dibarengi dengan dorongan dari sisi fiskal dan reformasi struktural, terutama terkait birokrasi investasi dan efisiensi anggaran.

Risiko Global Masih Mengintai

Tak bisa dimungkiri, kondisi eksternal masih menjadi beban. Perlambatan ekonomi Tiongkok, konflik geopolitik Laut Merah dan Eropa Timur, serta harga komoditas yang fluktuatif terus membayangi.

World Bank dalam laporannya bertajuk Global Economic Prospects (Juni 2025) memang memproyeksikan pertumbuhan global naik tipis menjadi 2,6 persen.

Tapi ekonomi negara berkembang tetap menghadapi tekanan, terutama dalam hal pendanaan dan utang luar negeri.

Indonesia, sebagai negara net importir barang modal dan pangan, akan sangat terpengaruh jika terjadi pelemahan perdagangan global.

Stabilitas nilai tukar rupiah menjadi pertaruhan utama. BI harus menjaga keseimbangan antara menjaga kurs dan memberi ruang ekspansi kredit.

Itulah mengapa, meski inflasi terjaga, bukan berarti risiko sudah hilang. Stabil bukan berarti aman.

Pembangunan Ekonomi Harus Ditopang Lima Pilar

Perbanas menekankan pentingnya lima pilar utama dalam menjaga keseimbangan ekonomi nasional: inflasi dan daya beli, transmisi kebijakan moneter, kinerja sektor strategis, pertumbuhan kredit dan DPK, serta stabilitas nilai tukar.

Lima pilar ini bukan berdiri sendiri. Mereka saling menopang, saling memengaruhi. Jika satu goyah, yang lain ikut terguncang.

Contoh paling nyata: inflasi rendah memang bagus, tapi kalau tak dibarengi peningkatan daya beli, maka pertumbuhan tetap lesu. Kredit bisa tumbuh, tapi tanpa DPK yang kuat, perbankan bisa kehabisan likuiditas.

Artinya, kebijakan pemerintah harus terintegrasi. Tidak bisa hanya bertumpu pada satu sektor atau satu instrumen. Ekonomi adalah orkestra. Bukan solo piano.

Kesimpulan: Bukan Soal Angka, Tapi Soal Arah

Memasuki semester kedua 2025, pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat dihadapkan pada satu pertanyaan penting: apakah kita puas dengan ekonomi 4,8 persen?

Aviliani menyatakan, “Kalau ada alokasi stimulus yang tepat, bisa saja tembus mendekati 5 persen.”

Namun angka hanyalah angka. Yang lebih penting adalah kualitas pertumbuhan dan daya tahan ekonomi dalam jangka panjang.

Indonesia harus keluar dari jebakan pertumbuhan setengah hati. Apalagi jika hanya mengandalkan narasi stabilitas tanpa strategi akselerasi.

Karena sejatinya, stabilitas ekonomi bukan tujuan akhir. Ia hanya jembatan menuju kemakmuran.

Dan seperti semua jembatan, ia hanya berarti jika ada yang melintasinya.***

Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Infoemiten.com dan Panganpost.com.

Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Infoseru.com dan Poinnews.com.

Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Jatengraya.com dan Hallobandung.com.

Untuk mengikuti perkembangan berita nasional, bisinis dan internasional dalam bahasa Inggris, silahkan simak portal berita Indo24hours.com dan 01post.com.

Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.

Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com

Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.

Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.

Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.

Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center

Berita Terkait

Indonesia Dapat Tarif Lebih Rendah, AS Dapat Komitmen Pembelian Energi
Penerbitan Sukuk Perdana Bank BJB Syariah Diminati Tiga Kali Lipat oleh Investor
Pemkab Sumedang Percepat Pembentukan Koperasi Merah Putih di Seluruh Desa dan Kelurahan
CSA Index Juni 2025 Jadi Bukti Bahwa Bursa Saham RI Masih Dilirik Investor Global
Komunikasi Strategis Publikasi Press Release, Kunci UMKM Memenangkan Perhatian Media dan Pasar
Kredit Bermasalah Sritex Libatkan Bank BJB, Kejagung Tahan Pejabat dan Telusuri Kerugian Triliunan Rupiah
Persrilis.com Siap Publikasikan Press Release Anda, Jika Ingin Tampil di Media Ekonomi dan Bisnis
Versi Majalah Infobank, PT Bank Raya Indonesia Tbk Masuk Jajaran 3 Besar Bank Digital Terbaik
Berita ini 5 kali dibaca
Jasasiaranpers.com dan media online ini mendukung program manajemen reputasi melalui publikasi press release untuk institusi, organisasi dan merek/brand produk. Manajemen reputasi juga penting bagi kalangan birokrat, politisi, pengusaha, selebriti dan tokoh publik.

Berita Terkait

Jumat, 1 Agustus 2025 - 09:44 WIB

Indonesia di Ambang Stagnasi: Pertumbuhan Ekonomi Tak Capai Target

Rabu, 16 Juli 2025 - 14:20 WIB

Indonesia Dapat Tarif Lebih Rendah, AS Dapat Komitmen Pembelian Energi

Kamis, 3 Juli 2025 - 13:53 WIB

Penerbitan Sukuk Perdana Bank BJB Syariah Diminati Tiga Kali Lipat oleh Investor

Kamis, 12 Juni 2025 - 17:57 WIB

Pemkab Sumedang Percepat Pembentukan Koperasi Merah Putih di Seluruh Desa dan Kelurahan

Kamis, 5 Juni 2025 - 21:19 WIB

CSA Index Juni 2025 Jadi Bukti Bahwa Bursa Saham RI Masih Dilirik Investor Global

Berita Terbaru